Raja Kertanagara dan Gajahmada

 a. Dasar-dasar politik ekspansi kedua tokoh


                             Raja Kertanagara

Puncak kejayaan Singasari terjadi pada masa pemerintahan Raja Kertanegara. Kertanegara dalam kehidupan politiknya berupaya melakukan ekspansi atau perluasan wilayah ke wilayah kekuasan Sriwijaya melalui Ekspedisi Pamalayu pada tahun 1275. Dalam politik luar negeri didapati ia tidak mau tunduk kepada pemerintahan Cina di bawah pemerintahan Kubilai Khan. Ia bahkan pernah mempermalukan utusan Kaisar Cina bernama Mengki yang mendatangi istananya.

 Relief Gajah Mada

Gajah Mada merupakan seorang yang menduduki jabatan Patih Hamangkubhumi. Jabatan tersebut diperoleh ketika Gajah Mada mengabdi pada Tribhuwanottunggadewi. Peran Gajah Mada sebagai Patih sangat membantu Hayam Wuruk dalam memimpin kerajaan Majapahit. Sebagai upaya membantu Raja Hayam Wuruk, Gajah Mada memiliki gagasan yang dikenal dengan sumpah palapa. Gagasan ini merupakan wujud dari politik nusantara yang ingin memperluas atau menyatukan wilayah nusantara.

Pada dasarnya, setiap kerajaan memiliki keinginan untuk memperluas wilayah kekuasaannya, sama halnya dengan Majapahit. Hal ini biasa disebut dengan politik ekspansi. Politik ini bertujuan untuk membentuk negara vasal yang nantinya dimanfaatkan untuk menarik upeti dari produk dagang suatu daerah. Selain itu, tujuan lainnya adalah untuk mendapatkan kontrol dari kota-kota pelabuhan utama di Asia Tenggara. 

b. Persamaan dan perbedaan konsep dwipantara dan sumpah palapa

Perbedaan: Sumpah Palapa adalah sumpah yang diikrarkan oleh Patih Gajah Mada saat upacara pengangkatan menjadi Patih Amangkubumi Majapahit. Sedangkan Cakrawala Mandala Dwipantara adalah sebuah pemahaman politik yang dicetuskan oleh Raja Kertanegara, penguasa terakhir Kerajaan Singasari yang berkuasa antara 1268-1292. 

Persamaan: Keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu mempersatukan seluruh Nusantara.




Komentar